2024-02-15

Polusi udara berbahaya selimuti Bangkok, warga diminta WFH

Polusi udara berbahaya selimuti Bangkok, warga diminta WFH

photo : Bangunan-bangunan tampak diselimuti kabut asap saat matahari terbit di Bangkok pada 27 Januari 2023. (AFP/Jack Taylor) 

 

Bangkok ada di antara 10 kota paling tercemar di dunia pada Kamis menurut situs web pemantauan udara IQAir. 


15 Feb 2024 03:56PM

 

BANGKOK: Pegawai negeri kota Bangkok diminta untuk bekerja dari rumah (wfh) guna menghindari polusi udara yang berbahaya karena lapisan kabut beracun menyelimuti ibu kota Thailand pada Kamis (15 Februari).

Otoritas kota meminta kerjasama dari para pengusaha untuk membantu pekerja di kota dengan populasi sekitar 11 juta orang itu menghindari polusi yang diperkirakan akan berlangsung hingga Jumat.

Situs web pemantauan udara IQAir menempatkan Bangkok di antara 10 kota paling tercemar di dunia pada Kamis.

IQAir menyebut level partikel berbahaya PM2.5 - yang begitu kecil sehingga dapat masuk ke dalam aliran darah - mencapai angka 15 kali lipat dari pedoman tahunan Organisasi Kesehatan Dunia.

Gubernur Bangkok Chadchart Sittipunt mengumumkan Rabu malam semua pegawai kota akan bekerja dari rumah pada Kamis dan Jumat.

"Saya ingin meminta kerjasama dari jaringan BMA sekitar 151 perusahaan dan organisasi, baik kantor pemerintah maupun sektor swasta," ucapnya dalam sebuah pernyataan. Gubernur Chadchart menambahkan lebih dari 60.000 orang terkena dampak polusi

BMA adalah singkatan dari Bangkok Metropolitan Administration yang merujuk ke pemerintahan daerah ibukota Bangkok.

Chadchart mengatakan setidaknya 20 dari 50 distrik di Bangkok diperkirakan akan memiliki level partikel PM2.5 yang tidak sehat. Masalah ini diyakini akan terus berlanjut karena cuaca yang tenang.

Kualitas udara di Thailand biasanya menurun pada bulan-bulan awal tahun karena asap dari para petani yang membakar sisa-sisa tanaman di ladang turut memperburuk polusi karena emisi industri dan asap knalpot kendaraan.

Bangkok dan Chiang Mai masuk di antara kota-kota paling tercemar di dunia berdasarkan hitungan jumlah hari tahun lalu.

Krisis kesehatan masyarakat mulai muncul karena polusi ini. Setidaknya dua juta orang di Thailand membutuhkan pengobatan medis akibat polusi pada tahun 2023.

Pemerintahan Perdana Menteri Srettha Thavisin yang berkuasa sejak Agustus tahun lalu telah berjanji untuk menjadikan penanggulangan polusi udara sebagai "agenda nasional". Kabinetnya telah menyetujui Rancangan Undang-Undang Udara Bersih bulan lalu.

Namun, masalah ini tetap berlanjut. Pengadilan di Chiang Mai bulan lalu memerintahkan pemerintah untuk menyusun rencana mendesak mengatasi polusi udara dalam waktu 90 hari.


sumber: https://www.channelnewsasia.com